thefoot.org – Pemerintah China menyampaikan pesan tegas kepada Uni Eropa bahwa mereka tidak dapat menerima kekalahan Rusia dalam perang melawan Ukraina. Seorang pejabat Uni Eropa mengungkapkan informasi ini setelah serangkaian pembicaraan diplomatik tingkat tinggi antara perwakilan Tiongkok dan Eropa pada akhir Juni 2025. Dalam pertemuan tersebut, para diplomat Tiongkok menjelaskan bahwa stabilitas kawasan Eurasia menjadi prioritas utama bagi Beijing, dan kekalahan Rusia akan menciptakan ketidakstabilan jangka panjang.
China Pandang Rusia sebagai Pilar Keseimbangan Global
Pemerintah Tiongkok memandang Rusia sebagai mitra strategis sekaligus pilar penting dalam menyeimbangkan kekuatan global. Oleh karena itu, Beijing menilai kemenangan Ukraina akan meruntuhkan struktur geopolitik yang selama ini mereka dukung. China juga khawatir bahwa jika Rusia kalah, Amerika Serikat dan sekutunya akan semakin dominan di kawasan Eurasia. Dominasi tersebut dianggap bisa mengancam kepentingan politik dan ekonomi China di berbagai wilayah, termasuk Asia Tengah dan Timur Tengah.
Uni Eropa Ungkap Kekhawatiran Terhadap Posisi China
Seorang pejabat Uni Eropa yang mengikuti pertemuan tersebut menyatakan bahwa blok Eropa merasa prihatin atas sikap China. Ia mengatakan bahwa Beijing tampak lebih mendukung Moskow secara politis, meskipun secara terbuka China mengaku netral dalam konflik. Pihak Eropa menilai sikap itu menghalangi upaya perdamaian yang melibatkan seluruh pihak secara adil. Uni Eropa juga mendorong China agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan agresi Rusia, bukan justru menjustifikasi tindakannya.
Beijing Tolak Tekanan Barat dan Dorong Solusi Alternatif
Dalam pembicaraan tersebut, perwakilan China menolak tekanan dari negara-negara Barat yang meminta mereka mengecam invasi Rusia. China mengajukan proposal perdamaian yang mereka sebut “alternatif damai tanpa syarat politik”, namun Uni Eropa menganggap usulan tersebut belum cukup kuat karena tidak menuntut penarikan pasukan Rusia dari wilayah Ukraina. China tetap bersikeras bahwa dialog tanpa prasyarat lebih efektif daripada sanksi dan tekanan militer.
Pengamat Nilai China Ingin Pertahankan Status Quo
Para pengamat politik internasional menilai bahwa China ingin mempertahankan status quo di kawasan. Mereka meyakini bahwa Beijing memprioritaskan kestabilan regional dan hubungan jangka panjang dengan Rusia. Meskipun China mengaku tidak mengirimkan senjata kepada Rusia, mereka tetap menjalin hubungan perdagangan dan teknologi yang erat dengan Moskow. Tindakan ini membuat banyak negara Eropa mempertanyakan netralitas China dalam konflik tersebut.
Konflik Ukraina-Rusia Perkuat Polarisasi Global
Pernyataan China kepada Uni Eropa menegaskan bahwa konflik Ukraina bukan hanya soal slot deposit pulsa perbatasan, tetapi mencerminkan perebutan pengaruh global antara blok Barat dan Timur. Dengan Beijing yang secara tersirat mendukung Moskow dan Uni Eropa yang tegas bersama Kyiv, dunia menghadapi polarisasi yang semakin tajam. Situasi ini membuat upaya perdamaian global semakin sulit dan memperbesar risiko ketegangan berkepanjangan.